Berdasarkan publikasi SAGE "Shifting to Circular Manufacturing in the Global South: Challenges and Pathways" (2022), berikut 5 poin penting.
5 Poin Penting:
1. Tantangan Dampak Lingkungan dari Industrialisasi
Ketika Global South beralih ke peningkatan manufaktur,
dampak negatif terhadap perubahan iklim dan polusi lingkungan menimbulkan
kekhawatiran serius. Negara-negara berkembang menghadapi dilema antara
pertumbuhan ekonomi yang diperlukan untuk pembangunan dan tanggung jawab
lingkungan. Industrialisasi tradisional yang mengikuti model linear
"take-make-dispose" menghasilkan emisi karbon tinggi, degradasi
ekosistem, dan akumulasi limbah yang tidak terkendali. Hal ini menciptakan
tekanan ganda karena negara-negara ini perlu mengejar ketertinggalan ekonomi
sambil menghindari jejak lingkungan yang sama dengan negara maju.
2. Hambatan Implementasi Ekonomi Sirkular
Praktik ekonomi sirkular di Global South sering
menghadapi tantangan seperti perbaikan pelacakan kerusakan lingkungan,
meningkatkan dampak inisiatif minimisasi limbah, dan mengatasi biaya
implementasi yang tinggi. Tantangan spesifik meliputi: keterbatasan sistem
monitoring dan evaluasi dampak lingkungan yang akurat, infrastruktur pengolahan
limbah yang belum memadai, akses terbatas terhadap teknologi ramah lingkungan,
serta kesenjangan kapasitas teknis dan manajerial. Biaya awal investasi untuk
teknologi sirkular seringkali menjadi penghalang utama bagi UKM dan industri
lokal yang memiliki keterbatasan modal.
3. Jalur Transformasi yang Beragam
Program SMEP menunjukkan bahwa ada beberapa jalur
menuju pertumbuhan berkelanjutan, yang perlu dieksplorasi dan dikembangkan ke
depan. Setiap negara atau region memiliki karakteristik unik dalam hal struktur
industri, kebijakan pemerintah, kondisi sosio-ekonomi, dan tingkat perkembangan
teknologi. Jalur transformasi dapat mencakup: pendekatan bertahap melalui pilot
project di sektor tertentu, integrasi teknologi digital untuk optimasi sumber
daya, pengembangan kluster industri sirkular, atau penerapan kebijakan insentif
yang mendorong praktik berkelanjutan. Diversifikasi pendekatan ini memungkinkan
adaptasi yang lebih efektif sesuai konteks lokal.
4. Konteks Spesifik Global South
Penelitian ini menekankan perlunya memahami konteks
unik negara-negara Global South dalam mengimplementasikan manufaktur sirkular.
Faktor-faktor kontekstual meliputi: ketergantungan pada sektor ekstraktif dan
manufaktur intensif sumber daya, keterbatasan infrastruktur fisik dan digital,
tingkat pendidikan dan keterampilan tenaga kerja yang bervariasi, serta sistem
keuangan yang belum sepenuhnya mendukung investasi jangka panjang. Kondisi ini
memerlukan strategi yang berbeda dari negara maju, termasuk fokus pada solusi
yang cost-effective, teknologi yang mudah diadaptasi, dan pendekatan yang
mempertimbangkan aspek sosial-budaya lokal.
5. Pendekatan Kolaboratif dan Multistakeholder
Transformasi menuju manufaktur sirkular memerlukan
kerjasama sinergis antara berbagai pemangku kepentingan. Pemerintah berperan
dalam menciptakan kerangka regulasi yang mendukung, memberikan insentif fiskal,
dan memfasilitasi kerjasama antar sektor. Industri perlu berkomitmen pada
inovasi proses dan investasi teknologi berkelanjutan. Institusi akademis
berkontribusi melalui riset, pengembangan solusi inovatif, dan penyiapan SDM
kompeten. Masyarakat sipil dan komunitas lokal penting untuk memastikan aspek
sosial dan penerimaan masyarakat. Kerjasama internasional juga diperlukan untuk
transfer teknologi, pendanaan, dan berbagi best practices antar negara Global
South.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar